HAJJAJ BIN YUSUF AT-TSAQAFI
Mempelajari sejarah kekhalifahan terutama di era Tabiin, maka kita akan dapati manusia berhati Iblis yang sangat biadab, membayangkan kebiadabannya saja membuat saya beberapa malam tidak bisa tidur nyenyak, dia adalah Hajjaj bin Yusuf at-Tsaqafi. (40 H – 95 H).
Tokoh inilah yang dimaksud sebagai “penguasa yang kejam” di dalam Hadits ketika kita manquul “doa Anas bin Malik” (Do'a ASAD), dan namanya kita jumpai dalam Hadits2 yg membahas tentang bagaimanakah kita harus bersikap jika menghadapi kekejaman penguasa yang berhati Iblis.
Namun tidak adil jika kita hanya melihat orang dari sisi gelapnya, dibalik kebiadabannya ternyata dia juga mempunyai jasa-jasa yang besar bagi agama Islam dan umat Islam secara umum, bahkan tidak menutup kemungkinan hingga ila yaumil qiyamah, antara lain adalah;
1. Sebelum dia masuk dalam dunia politik yang hina, yang menghantarnya menjadi panglima perang Bani Ummayah dia adalah seorang guru mengaji yg hafal al-Qur’an, ada riwayat yg menerangkan dia biasa menghatamkan al-Qur’an dua hari sekali.
2. Menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa resmi kerajaan yang berlaku diseluruh wilayah kerajaan Islam.
3. Atas perintahnya (ketika dia menjadi Gubernur di Iraq) al-Qur’an untuk pertama kalinya diberi tanda baca (fathah, kasroh, dhommah, sukun, dan tasydid) untuk memudahkan umat Islam di dalam membaca al-Qur’an, inilah yg jelas2 kita rasakan manfaatnya hingga sekarang.
4. Menyelamatkan umat Islam yang diserang oleh kerajaan Hindu di India dengan mengirim pasukan yg dipimpin Muhammad bin Qasim sehingga berhasil mempertahankan eksistensi daulah Islam di sana.
5. Mengukuhan pertahanan Islam di Turkestan dengan mengirim tentera pimpinan Qutaibah bin Muslim sehingga berhasil menembus perbatasan negara China.
6. Meluaskan empayar Islam di Eropa dengan mengirim tentera Islam yg dipimpin oleh Musa bin Nusair dan Tariq bin Ziyad ke Sepanyol.
KEBIADABAN HAJJAJ BIN YUSUF;
1. Membombardir Baitullah dengan manjanik (lontaran batu yang disertai api).
2. Menyembelih Abdullah bin Zubair lalu kepalanya dikirim ke Syam sebagai hadiah kepada majikannya yakni Abdul Malik bin Marwan, sedangkan tubuh Zubair disalib dibawa ke Madinah lalu setelah beberapa hari dikuburkan di kuburan Yahudi dengan alasan sebagai peringatan bagi mereka yg tdk mau mengakui keamirannya Abdul Malik. Saat itu umur Hajjaj baru 33 tahun sedangkan Ibnu Zubair berumur 73 tahun.
Padahal Abdullah bin Zubair adalah anak kaum Muslimin yg lahir pertama kali di bumi Hijrah, saat kaum Muhajir pertama kali tiba di Madinah tepatnya di perkampungan Quba’. kelahirannya disambut gembira oleh segenap umat Islam sbb sblmnya orang2 Yahudi telah membuat berita bhw konon orang2 Islam tdk akan ada yg bisa punya anak sbb sdh mereka sihir.
Dia (Abdullah bin Zubair) adalah putra “hawari” (talangpati)nya Rasulillah Saw yakni; Zubair bin Awwam. Ibunya adalah Asma’ binti Abu Bakr as-Shiddiq kakak kandung ummul Mukminin Aisyah radhiallahu anha.
3. Merampok pedang Nabi Saw (zul fikar) dari keluarganya.
4. Memberi tanda pada tangan dan leher para sahabat Nabi Saw menggunakan besi yg dipanaskan, sebagaimana yang dilakukan kepada orang2 kafir dzimmi sebagai penghinaan atas mereka, diantara para sahabat yang diberi tanda adalah; Anas bin Malik, Jabir bin Abdillah dan Sahl bin Sa’d.
5. Menusuk Abdullah bin umar dg pedang beracun yang menjadi sebab wafatnya sahabat Nabi yg mulia ini.
6. Di dalam Tarikh Ibnu Jauzi diriwayatkanbhw penjara Hajjaj hanya berupa tembok tanpa atap yang dapat melindungi para tawanan dari panas terik dan kedinginan. Jumlah orang yang dibunuh oleh Hajjaj mencapai kira-kira 120,000 orang tidak termasuk bilangan yang dibunuh dalam peperangan. Ketika Hajjaj mati, terdapat lebih kurang 50,000 orang lelaki dan 30,000 orang perempuan dalam penjaranya dan 16,000 orang perempuan dari 30,000 orang tsb dalam keadaan tidak berpakaian.
Serta masih banyak lagi kebiadaban-kebiadaban manusia terkutuk ini yang terakhir adalah ketika dia membunuh seorang ‘Alim besar dari golongan Tabiin yaitu Said bin Jubair, dan dari peristiwa itu akhirnya Hajjaj menjumpai ajalnya, kisahnya seperti di bawah ini;
Sampailah pasukan yang menangkap Sa’id bin Jubair rahimahullah, -seorang imam yang zahid serta ‘abid, murid utama dari sahabat Ibnu Abbas radiallahu anhu. Kemudian beliau dihadapkan kepada Hajjaj. Setelah beliau berada di hadapan Hajjaj, dengan pandangan penuh kebencian Hajjaj bertanya;
Hajjaj: “Siapa namamu?”
Sa’id: “Sa’id (bahagia) bin Jubair (perkasa)”.
Hajjaj: Yang benar engkau adalah Syaqi (celaka) bin Kasir (lumpuh).
Sa’id: Ibuku lebih mengetahui namaku daripada engkau.
Maaf sebenarnya dialognya agak panjang, untuk memudahkan pemahaman sy persingkat …
Hajjaj: Kalau begitu, demi Allah aku akan membunuhmu.
Sa’id: Bila demikian, maka engkau merusak duniaku dan aku merusak akhiratmu.
Hajjaj: Pilihlah bagi dirimu cara-cara kematian yang kau sukai”.
Sa’id: Pilihlah sendiri wahai Hajjaj. Demi Allah, untuk setiap cara yang kau lakukan, Allah akan membalasmu dengan cara yang setimpal di akhirat nanti.
Hajjaj: Tidakkah engkau menginginkan ampunanku?.
Sa’id: Ampunan itu hanyalah dari Allah Ta’ala, sedangkan engkau tak punya ampunan dan alasan lagi di hadapan-Nya”.
Memuncaklah kemarahan Hajjaj. Kepada algojonya diperintahkan;
Hajjaj: Siapkan pedang dan alasnya.
Sa’id tersenyum mendengarnya, sehingga bertanyalah Hajjaj,
Hajjaj: Mengapa engkau tersenyum?
Sa’id: Aku takjub atas kecongkakanmu terhadap Allah Ta’ala dan kelapangan Allah terhadapmu.
Hajjaj: Bunuh dia sekarang !.
Sa’id: Menghadap kiblat sambil membaca ayat;
“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah“.
Hajjaj: Palingkan ia dari kiblat !.
Sa’id: Membaca surat ayat;
Hajjaj: Sungkurkan dia ke tanah !.
Sa’id: Membaca surat ayat;
“Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain“.
Hajjaj: Sembelihlah musuh Allah ini!. Aku belum pernah menjumpai orang yang suka berdalih dengan ayat-ayat Allah seperti dia.
Sa’id: (mengangkat kedua tangannya sambil berdoa;) Ya Allah…, janganlah lagi Engkau beri kesempatan ia melakukannya atas orang lain setelah aku.
Tak lebih dari lima belas hari setelah wafatnya Sa’id bin Jubair radhiallahu ‘anhu, mendadak Hajjaj terserang demam. Kian hari suhu tubuhnya makin meningkat dan bertambah parah rasa sakitnya hingga keadaaannya silih berganti antara pingsan dan siuman.
Tidurnya tak nyenyak lagi, sebentar-sebentar terbangun dengan ketakutan dan mengigau; Ini Sa’id bin Jubair hendak menerkamku!. Ini Sa’id bin Jubair berkata; Mengapa engkau membunuhku?. Dia menangis tersedu-sedu menyesali diri; Apa yang telah aku perbuat atas Sa’id bin Jubair?. Kembalikan Sa’id bin Jubair kepadaku!.
Kondisi itu terus berlangsung hingga dia mati.
Setelah kematian Hajjaj, seorang kawannya pernah memimpikannya. Dalam mimpinya itu dia bertanya kepada Hajjaj; Apa yang Allah Shubhanahu wa Ta’ala perbuat terhadapmu setelah membunuh orang-orang itu, wahai Hajjaj?. Dia menjawab; Aku disiksa dengan siksaan yang setimpal atas setiap orang tersebut, tapi untuk kematian Sa’id bin Jubair aku disiksa 70 kali lipat. Dinukil dari kitab Shuwaru Min Hayati At-Tabi’in atau “Jejak Para Tabi’in”, Dr. Abdurrahman Ra’fat Basya.
Dari sejarah kehidupan Hajjaj binYusuf banyak hikmah yang bisa kita ambil antara lain;
1. Al-Qur’an akan sia-sia jika hanya dibaca tapi tidak dihayati sehingga tidak akan membekas pada amalan, sehingga Rasulullah ﷺ mengingatkan bahwa kita tidak akan faham jika menghatamkan al-Qur’an kurang dari tiga hari.
2. Keserakahan manusia pada harta dan tahta membuat manusia lebih buas berbanding serigala yang kelaparan.
3. Pengagungan pada khalifah jika di luar batas akan membuat seseorang menjadi berjuang karena khalifah bukan karena Allah atau karena memperjuangkan agama Allah, sehingga tanpa disadarinya dia sebenarnya menghamba pada khalifah bukan kepada Allah.
4. Kesabaran yang luar biasa para ulama dari kalangan sahabat dan Tabiin menghadapi kejahatan para khalifah dari dinasti Bani Umayyah, terutama panglima perang Hajjaj bin Yusuf at-Tsaqafi.
Tidak berlebihan jika katakan bahwa di dlm diri Hajjaj terdapat Fir’aun alaihi laknatullah sekaligus Nabi Musa Alaihis salam.
Komentar
Posting Komentar