7 PERIODE PENGUMPULAN HADIST.
Dalam menyebarkan agama, rasulullah tidak memiliki sebuah tempat khusus seperti madrasah atau pondok pesantren, namum rasulullah menyampaikan ilmu dimana saja berada. Para sahabat meneima dan mendengarkan dengan penuh pehatian dan mengamalkannya. mayoritas orang-orang arab adalah bangsa ummi yang tidak bisa baca tulis, sehingga apa yang disampaikan rasulullah ﷺ mereka simpan dalam hafalan mereka. para sahabat nabi sangat terkenal dengan hafalannya yang kuat dan mampu mengingat dalam waktu yang lama.
Dalam masa turunnya alqur'an rasulullah tidak mengizinkan kepada para sahabat untuk menuilis apa yang beliau sampaikan selain alqur'an kecuali kepada seseorang yang hafalannya sangat lemah seperti sahabat yang bernama abu syahin. hal itu karena dikawatirkan ada penyampuran antara ayat-ayat alquran dengan sunah-sunah beliau.
Secara garis besar perkembangan hadits terbagi menjadi tujuh periode yaitu:
1. Periode Pertama (pada masa rasulullah ﷺ). pada masa ini belum ada pengumpulan hadits secara teratur dikarenakan para sahabat mengandalkan hafalan mereka.
2. Periode Kedua (pada masa kekhalifahan abu bakar sampai dengan ali bin abu thalib), pada masa ini dikenal dengan penyeleksian hadits riwayah dan dirayah.
3. Periode Ketiga (pada masa kekhalifahan mu'awiyyah hingga abad pertama hijriyah). pada masa ini banyak madrasah bermunculan di berbagai negeri islam dan dimasa ini pula muncul tokoh-tokoh hadits diberbagai negeri. dimadinah muncul tokoh-tokoh hadits seperti sa'id bin musayyab, urwah bin zubair, ibnu shihab dll. di mekkah muncul tokoh-tokoh hadits seperti mujahid, atha' bin abi rabah, ikrimah dll. dikufah muncul tokoh-tokoh hadits seperti ibrahim an-nakha'i, sa'id bin jubar, as-sya'by dll. peiode ini dikenal pula dengan penyebaran periwayatan hadits ke berbagai negeri.
4. Periode keempat (awal abad kedua hingga akhir abad kedua hijriyah). pada masa ini mulai muncul penulisan dan penghimpunan kitab-kitab hadits seperti hadits yang termasyhur karya imam malik yaitu kitab al-muwaththa. namun dimasa ini pula bermunculan seleksi yang ketat dan mulai ada penelitian sanad-sanad dan rijalulhadits
5. Periode Kelima (awal abad ketiga hingga akhir abad ketiga) periode ini disebut dengan pembersihan, pembenahan dan pemahaman hadits atau dikenal dengan penyaringan al-hadits dari fatwa-fatwa. masa ini terbagi dua yaitu masa perintisan dan masa pendewanan hadits semata. dimasa perintisan ini muncul kitab-kitab musnad seperti musnad ahmad bin hambal, musnad musaddad, musnad nu'aim bin hammad dll. walaupun kitab-kitab mereka terlepas dari fatwa-fatwa namun masih mempunyai kelemahan yaitu belum menyisihkan hadits-hadits dhaif dan maudhu. dimasa pendewanan muncul kitab-kitab shahih seperti shahih bukhari dan shahih muslim Dan kitab-kitab sunan seperti sunan abu dawud, sunan tirmidzi, sunan nasa'i dan sunan ibnu majah dilain pihak muncul kelompok mu'tazilah yang berpegang pada ro'yu dan ilmu kalam, mereka lebih mendahulukan pemikiran daripada hadits-hadits shahih.
6. Periode Keenam (awal abad keempat hingga jatuhnya kota baghdad tahun 656 hijriyah) periode ini dikenal dengan masa penelitian, penertiban dan pengumpulan hadits-hadits yang khusus pada masa ini jenis-jenis kitab hadits makin berkembang seperti kitab tarhib wat targhib, gabungan hadits kutubussittah karya ibnu atsir, kitab mustadrak dan kitab musnad mu'jamul kabir, mu'jamul ausath, mu'jamus shaghir, sunan daruqutni, abu awwanah, ibnu khuzaimah dll.
7. Periode Ketujuh (tahun 656 hijriyah dan seterusnya) masa ini dikenal dengan masa pensyarahan, pentakhrijan dan pembahasan hadits tambahan dimasa ini muncul kitab-kitab hadits hukum seperti sunanul kubra karya al-baihaqy, nailul authar karya muhammad bin ali as-syaukani muntaqal akbar karya majdudin al-harany dll. muncul kitab kamus hadits untuk mencari pentakhrij suatu hadits seperti al-jami'us shaghir karya imam jalaluddin as suyuti dll.
Oleh : KH. Kasmudi Ash Shidiqi, SE, M, ak.
Komentar
Posting Komentar