Memurnikan Ilmu Dan Membersihkannya Dari Noda-noda / Cacat-cacat Yang Merusak


Ilmu manqul (Al-Qur`an dan Al-Hadits) akan bebas dan bersih dari noda-noda yang dapat mengotori dan merusak kemurniannya Jika disampaikan dengan cara manqul dengan isnad muttashil yang shahih yang bisa dipertanggung jawabkan. Sebaliknya jika tidak disampaikan dengan cara manqul, dengan sanad muttashil, maka akan mudah bagi setiap orang memasukkan ro’yunya (pendapatnya) sesuai dengan kehendaknya. Jika dia pelaku bid’ah, khurafat, syirik, tahayul, maka dia akan mencari pembenaran terhadap apa yang dia lakukan dengan menyimpangkan makna Al-Qur`an dan Al-Hadits dari arti yang sebenarnya. Jika dia orang yang fanatik terhadap suatu golongan atau suatu madzhab maka dia berusaha menggiring arti Al-Qur`an dan Al-Hadits untuk menguatkan golongannya / madzhabnya. Jika dia orang yang diperbudak hawa nafsunya maka dia berusaha membelokkan arti Al-Qur`an dan Al-Hadits mengikuti hawa nafsunya. Dan penyimpangan-penyimpangan lain yang dapat merusak kemurnian Al-Qur`an dan Al-Hadits, seperti peringatan yang disampaikan oleh Abdullah Ibnu Al Mubarok (ulama’ tabi’in wafat 181 H) :
Isnad itu termasuk agama, dan seandainya tidak ada isnad maka orang yang berkehendak pasti mengatakan sesuatu sesuai kehendaknya (seenaknya sendiri). 

Imam Syafi’I juga berkata :
Orang yang mencari hadits dengan tanpa sanad sebagaimana orang yang membawa seikat kayu bakar di malam hari dan di dalam kayu itu ada ular berbisa dan dia tidak menyadarinya.

Ucapan Imam Syafi’I ini jelas memberikan gambaran bahwa ilmu yang tidak berisnad mengandung bahaya yang dapat mencelakai yang membawa maupun yang menerima. Ibarat seseorang yang membawa seikat kayu pada malam yang gelap di dalam kayu tersebut terdapat ular berbisa, maka orang ini terancam bahaya, karena tanpa disadarinya ular berbisa itu akan keluar menggigitnya, atau menggigit orang yang menerima kayu bakar tersebut. Karena itulah Ibnu Sirin (wafat 110 H) seorang ulama’ ahli hadits mengingatkan kita dengan perkataannya :
Sesungguhnya ilmu ini (Al-Qur`an dan Al-Hadits) adalah agama, maka lihatlah (telitilah) dari siapakah kalian mengambil (belajar) agama kalian”.

Ucapan Ibnu Sirin ini memberikan pesan kepada kita agar berhati-hati dalam mempelajari ilmu, harus betul-betul diteliti dari siapakah kita mendapatkan ilmu?, murni Qur`an Hadits apa tidak?, manqul apa tidak?, ada sanadnya apa tidak?. Agar kita dapat menetapi agama dengan benar dan mati sewaktu-waktu dapat masuk surga selamat dari neraka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TARAWIH DIMASJID TAPI WITIRNYA DIRUMAH

5 SUKSES DI BULAN RAMADHAN

8 JENIS TEMAN BERGAUL DAN PENGARUHNYA