KISAH IFKI


Dari Ibnu Syihab dia berkata; Telah mengabarkan kepadaku 'Urwah bin Az Zubair dan Sa'id bin Al Musayyab dan 'Alqamah bin Waqqash dan 'Ubaidullah bin 'Abdullah bin 'Utbah bin Mas'ud dari cerita 'Aisyah radhiyallahu 'anha istri Nabi ﷺ, tatkala orang yang memfitnahnya menyebarkan ghosip tentangnya dengan segala yang mereka katakana, Allah menjelaskan akan terbebasnya dirinya dari tuduhan tersebut. 
Sekelompok orang menceritakan tentangku sehimpunan-sehimpunan, sebagian mereka menerima cerita kejadian tersebut dari sebagian yang lain, sehingga kisah tersebut seolah-olah menjadi kuat, hingga saya hafal perkataan dari setiap yang mereka ceritakan kepadaku dan sebagian cerita membenarkan yang lain. 
Dari Urwah ia menceritakan kepadaku dari Aisyah istri Nabi ﷺ berkata; bahwa apabila Rasulullah ﷺ hendak berpergian, beliau mengundi di antara isteri-isterinya. Barang siapa yang keluar undiannya, dialah yang ikut pergi bersama Rasulullah ﷺ " Aisyah berkata; "Kemudian beliau mengundi di antara kami pada suatu peperangan dan keluarlah undian anak panahku, sehingga aku pergi bersama Rasulullah ﷺ. Kejadian tersebut setelah diturunkannya ayat tentang hijab. Lalu saya dibawa di sekedupku. 
Di tengah perjalanan, saya turun hingga Rasulullah ﷺ telah selesai dari sebuah peperangan dan beliau pun kembali ke Madinah. Pada suatu malam saya berada bersama kelompok kaum muslimin. Tatkala mereka tertidur, saya bangun dan berjalan hingga aku mendahului mereka. Setelah saya selesai menunaikan urusanku, saya kembali bergabung dengan kelompok kaum muslimin. 
Tatkala saya meraba dadaku, ternyata kalungku yang berasal dari Dhafar, Yaman, putus. Maka saya kembali dan mencari kalungku, pencarian itu membuatku terlambat. Dan, sekelompok orang yang membawa sekedupku telah berangkat, mereka berjalan dengan meletakkan sekedupku di atas untaku yang biasa saya kendarai. Mereka mengira bila aku sudah berada di dalamnya.
Aisyah berkata; "Tatkala itu, isteri-isteri beliau kurus-kurus dan ringan, karena tidak pernah makan daging. Tetapi, mereka hanya memakan makanan ringan. Sehingga, tidak ada orang yang curiga terhadap beratnya sekedup tersebut, ketika mereka berjalan dan mengangkatnya. Terlebih, kala itu aku masih kecil. Akhirnya mereka pun membawa unta-untanya dan berjalan (meneruskan perjalanan). 
Saya mendapatkan kalungku tatkala bala tentara telah berlalu. Sehingga, ketika saya mendatangi tempat duduk mereka, tidak ada seorang pun yang memanggil dan tidak ada pula orang yang menjawab. Lalu saya kembali ke tempat dudukku yang semula saya jadikan tempat duduk. Saya berharap akan ada suatu kaum (dari tentara kaum muslimin) yang menemukanku dan kembali menjemputku. 
Tatkala saya duduk di tempat dudukku, saya merasa ngantuk dan tertidur. Sedangkan Shafwan bin Mu'atthal Assulami dan orang-orang Dzakwan tinggal di belakang pasukan (memeriksa bila ada yang ketinggalan). Mereka berjalan diawal malam dan di pagi harinya mereka sampai di tempat dudukku. *Shafwan bin Al Mu'atthal Assulami* melihat ada seseorang yang masih tertidur, maka dia mendatangiku dan dia telah mengenaliku tatkala dia melihatku. Karena, dia telah melihatku sebelum diwajibkan memakai hijab atasku. 
Seketika saya terbangun dan saya mendengar dia beristirja' (mengucapkan, inna lillahi wa inna ilaihi raaji'un) tatkala dia mengetahuiku. Saya langsung menutupi wajahku dengan jilbabku. Demi Allah, dia tidak berbicara sepatah kata pun dan saya sama sekali tidak mendengar satu patah kata pun kecuali kata istirja'nya. Akhirnya dia pun merundukkan untanya dan saya pun menaikinya. Lalu dia pergi dan menuntun unta (yang saya naiki) hingga kami berhasil menyusul pasukan kaum muslimin setelah mereka berisitirahat di pantai Adhdhahirah. 
Celakalah orang yang telah berburuk sangka pada urusanku. Ketika itu, orang yang paling mendalangi issue ghosip itu adalah Abdullah bin Ubay bin Salul. Akhirnya, saya pun sampai di Madinah. Setelah kedatangan kami, saya mendadak sakit hampir selama satu bulan, sementara orang-orang terus larut membicarakan tuduhan (yang ditujukan kepadaku), padahal aku tidak sedikit pun merasa melakukan hal itu. Sehingga, beliau pun meragukan sakitku. 
Saya tidak lagi merasakan kelembutan Rasulullah ﷺ yang pernah aku lihat darinya sebelumnya. Tatkala aku sakit, Rasulullah ﷺ masuk dan memberi salam seraya bertanya; "Bagaimana denganmu?" Seolah-olah tatkala itu beliau meragukanku, sementara saya tidak merasa telah melakukan kejelekan tersebut. Setelah saya merasa mulai sembuh, saya keluar bersama Ummu Misthah ke tempat tertutup untuk buang air, kami tidak pernah keluar kecuali di malam hari hingga malam lagi. Tempat tertutup tersebut dibuat di dekat rumah-rumah kami. Urusan kami seperti para pendahulu orang-orang Arab, kami biasa membuat tempat tertutup untuk buang air di rumah. 
Kemudian saya dan Ummu Misthah dia adalah anak perempuannya Abi Ruhmi bin Al Muthallib bin Abdi Manaf dan ibunya adalah anak perempuannya Shakhri bin Amir, bibinya Abu Bakr ash Shidiq dan anaknya adalah Misthah bin Utsabah bin Abbad bin Al Muthallib kembali ke rumahku setelah urusan kami selesai. Tatkala itu, Ummu Misthah terpeleset karena menginjak atau terjerat kainnya. Ketika itu dia berkata; "Celaka Misthah." Saya bertanya kepadanya; "Alangkah jeleknya apa yang telah kamu katakan, engkau mencela orang yang telah ikut perang Badar." Dia berkata; "Ya, apakah kamu tidak mendengar apa yang dia katakan?" saya berkata; "Apa yang telah dia katakan?" maka dia mengabarkan kepadaku dengan perkataan orang-orang yang menuduhku. 
Tatkala itu saya bertambah sakit dan ketika saya kembali ke rumahku, Rasulullah ﷺ menemuiku dan mengucapkan salam. Kemudian beliau bersabda: "Bagaimana keadaanmu?" Saya berkata; "Apakah engkau mengizinkanku untuk mendatangi kedua orang tuaku?" dia berkata; "Ketika itu saya ingin meyakinkan kabar tersebut dari mereka berdua. Akhirnya, Rasulullah ﷺ pun mengizinkanku. 
Lalu saya mendatangi kedua orang tuaku, saya bertanya kepada ibuku; "Wahai ibuku, apa yang sedang dibicarakan oleh orang-orang?" dia menjawab; "Wahai anakku, semoga urusanmu dimudahkan, demi Allah, tidaklah seorang wanita yang jelas-jelas bersama lelaki yang mencintainya sedang laki-laki tersebut memiliki isteri lainnya, kecuali mereka akan memperbanyak tuduhan atas diri wanita tersebut." dia berkata; "Maha Suci Allah, apakah ini yang dibicarakan oleh orang-orang?" dia berkata; "Pada malam itu juga aku menangis, hingga di pagi harinya air mataku tidak lagi bisa mengalir karena habis dan saya tidak berselak ketika tidur. Ketika di pagi harinya, saya terus menangis. 
Dan, ketika itu Rasulullah ﷺ memanggil Ali bin Abi Thalib dan Usamah bin Zaid untuk mengajak keduanya bermusyawarah dalam rangka memisahkan isterinya selama wahyu belum turun." Aisyah berkata; "Adapun Usamah bin Zaid, dia memberi saran kepada Rasulullah ﷺ dengan apa yang dia ketahui yaitu jauhnya isteri beliau dari perbuatan tersebut dan apa yang dia ketahui dari hakikat kecintaannya kepada beliau. Usamah berkata; 'Wahai Rasulullah! Mereka adalah isteri-isterimu, kami tidak mengetahui kecuali kebaikan semata.' Adapun Ali bin Abi Thalib, dia berkata; "Allah azza wa jalla tidak akan memberi kesempitan kepadamu dan wanita selainnya masih banyak. Dan sungguh, jika engkau bertanya kepada budakmu, pasti dia akan jujur'." 
Aisyah berkata; "Kemudian Rasulullah ﷺ memanggil Barirah, beliau bertanya: "Wahai Barirah! Apakah engkau melihat ada sesuatu yang meragukan bagimu dari diri Aisyah?" Barirah menjawab; "Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, jika saya melihat pada dirinya suatu hal yang kurang beres, sungguh itu tidak lebih hanyalah ketika dia masih kecil umurnya, yang dia ketiduran dari menunggu adonan tepung di keluarganya, lantas ada binatang jinak datang dan menyantapnya." 
Kemudian Rasulullah ﷺ berdiri dan meminta argumentasi dari seorang lelaki yang bernama Abdullah bin Ubai bin Salul. Tatkala Rasulullah ﷺ berada di atas mimbar, Rasulullah ﷺ bersabda: "Wahai seluruh kaum muslimin, siapakah yang mau memberiku argumentasi dari seorang lelaki yang telah menyakiti keluargaku. Sungguh demi Allah, saya tidak mengetahui sesuatupun dari keluargaku kecuali kebaikan semata. Mereka telah menceritakan mengenai seorang lelaki yang saya tidak mengetahui dari dirinya kecuali kebaikan. Dan tidaklah ada orang yang menemui isteriku kecuali dia bersamaku." 
Sa'ad bin Mu'adz Al Anshari berkata; "Wahai Rasulullah! aku akan menolongmu. Baiklah, bila yang menyebarkan isu itu dari bani Aus, akan aku penggal lehernya, sebaliknya bila berasal dari saudara kami dari bani Khazraj, silakan engkau perintahkan kami sehingga kami laksanakan perintahmu." Seketika itu juga Sa'ad bin Ubadah dia adalah pemimpin dari bani Khazraj, dia adalah seorang lelaki yang shalih. Hanya saja, dia masih memiliki sikap fanatis- berkata kepada Sa'ad bin Mu'ad; "Demi Allah, engkau tidak akan bisa membunuhnya dan tidak akan mampu untuk membunuhnya." 
Maka berdirilah Usaid bin Hudhair dan dia adalah keponakan Sa'ad bin Mu'adz, dia berkata kepada Sa'ad bin Ubadah; "Engkau bohong, sungguh kami akan membunuhnya karena kamu seorang yang munafik yang memperdebatkan orang-orang munafik." Keadaan pun semakin memanas antara bani Aus dan Khazraj, hingga mereka ingin saling bunuh membunuh sedangkan Rasulullah ﷺ masih tetap beridri di atas mimbar. Kemudian Rasulullah ﷺ menenangkan mereka, hingga mereka terdiam dan beliau pun terdiam. 
Aisyah berkata : Pada hari itu, aku pun menangis hingga air mataku habis dan aku tidak memakai celak tatkala tidur. Malam berikutnya, aku masih menangis hingga air mataku habis dan aku tidak memakai celak ketika tidur. Kedua orang tuaku mengira tangisanku akan dapat membahayakan hatiku. *Aisyah berakta;* "Lalu keduanya duduk di sisiku sementara saya masih terus menangis. Ketika itu, ada seorang wanita Anshar yang meminta izin kepadaku untuk menemuiku, aku pun mengizinkannya. dia pun duduk dan ikut menangis bersamaku. Tatkala kami dalam kondisi seperti itu, Rasulullah ﷺ masuk menemui kami, beliau mengucapkan salam lantas beliau duduk." dia berkata; "Beliau tidak pernah duduk di sisiku selama satu bulan, sejak wahyu tidak diturunkan kepadanya mengenai urusanku." 
Aisyah berkata; "Rasulullah ﷺ pun bersaksi, seraya mengucapkan salam sambil duduk. beliau bersabda: "Amma ba'd, Wahai Aisyah, sesungguhnya telah sampai kepadaku berita begini dan begini, sungguh jika engkau terlepas dari hal itu karena tidak melakukannya, semoga Allah azza wa jalla menjauhkanmu. Adapun jika kamu melakukan dosa tersebut, minta ampunlah kepada Allah dan bertaubatlah kepada-Nya. Karena seorang hamba yang mengakui dosanya kemudian bertaubat maka Allah akan menerima taubatnya." 
Aisyah berkata; "Ketika Rasulullah ﷺ selesai berkata, air mataku semakin deras mengalir hingga tidak terasa lagi tetesan air mata tersebut." Saya berkata kepada ayahku; "Jawablah apa yang telah dikatakan Rasulullah ﷺ mengenai diriku." Ayahku berkata; "Saya tidak tahu, demi Allah, saya tidak akan berbicara kepada Rasulullah ﷺ." Lalu saya berkata kepada ibuku; "Jawablah apa yang telah dikatakan Rasulullah ﷺ mengenai diriku!" ibuku berkata; "Demi Allah, saya tidak tahu apa yang harus saya katakan kepada Rasulullah ﷺ." 
Aisyah berkata; saya berkata; "Saya adalah seorang gadis yang masih kecil usianya, saya tidak banyak membaca Al Qur'an. Demi Allah, sungguh aku mengetahui engkau telah mendengar hal ini hingga kamu merasa mantap dan percaya terhadap hal itu. Bila toh aku katakan kepada kalian bahwa aku jauh dari perbuatan tersebut dan Allah azza wa jalla Maha Mengetahui bila aku jauh dari perbuatan tersebut, kalian juga tidak akan percaya terhadap hal itu. Jika saya mengaku kepada kalian dengan suatu perkara, sedang Allah azza wa jalla Maha Mengetahui bahwa aku jauh dari perbuatan tersebut, kalian pasti akan mempercayaiku. Demi Allah, sungguh tidak ada perkataan antara diriku dengan kalian kecuali sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Yusuf; Sabar itu adalah baik dan Allah adalah tempat meminta pertolongan terhadap apa yang kalian tuduhkan'." 
Aisyah berkata; "Kemudian saya merubah posisiku, aku berbaring di atas ranjangku." dia berkata; "Demi Allah, ketika itu saya mengetahui bahwa aku jauh dari perbuatan tersebut, dan Allah azza wa jalla akan menjauhkanku karena aku jauh dari perbuatan tersebut. Akan tetapi, demi Allah, saya tidak mengira akan turun wahyu pada perkaraku. Dan sungguh, aku merasakan perkaraku terasa lebih sepele daripada Allah Azza wa jalla berfirman padaku dengan suatu wahyu yang dibacakan. Tetapi, saya hanya berharap supaya pada mimpinya Rasulullah ﷺ diperlihatkan bahwa Allah azza wa jalla menjauhkan diriku dari perbuatan tersebut." 
Aisyah berkata; "Demi Allah, tidaklah Rasulullah ﷺ keluar dari majelisnya, dan tidak ada seorang pun yang keluar dari penghuni rumah tersebut hingga Allah azza wa jalla menurunkan wahyu kepada NabiNya. Sehingga, kondisi beliau berubah sebagaimana perubahan yang biasa terjadi tatkala wahyu turun, keringat beliau terus mengucur padahal hari itu adalah musim dingin. Hal itu karena begitu beratnya firman yang telah diturunkan kepadanya." 
Aisyah berkata; "Ketika Rasulullah ﷺ mendapat kabar gembira tersebut, beliau tertawa dan kalimat yang pertama kali beliau katakan ketika itu adalah: "Kabar gembira wahai Aisyah! Allah Azza wa jalla telah menjauhkanmu dari perbuatan tersebut." Kemudian ibuku berkata kepadaku; "Berdirilah kepadanya." Aku berkata; "Demi Allah, aku tidak akan berdiri kepadanya dan aku tidak akan memuji kecuali kepada Allah Azza wa jalla, Dialah yang telah menurunkan wahyu yang menjelaskan akan jauhnya diriku. Allah azza wa jalla. telah menurunkan ayat yang artinya: Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga hingga sepuluh ayat. Allah azza wa jalla telah menurunkan beberapa ayat yang menjelaskan akan jauhnya diriku dari perbuatan tersebut." 
Aisyah berkata; "Dahulu Abu Bakr terbiasa berinfak (memberi nafakoh) kepada Misthah, karena dia adalah kerabatnya dan dia adalah seorang yang fakir. dia (Abu bakr) berkata; 'Demi Allah, aku tidak akan pernah memberi bantuan untuknya selamanya setelah dia menuduh Aisyah.' Lalu Allah azza wa jalla menurunkan wahyu, yang artinya; Dan janganlah orang-orang yang mempunyai -sampai kepada firmanNya- apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu" Abu Bakr berkata; 'Demi Allah, saya lebih senang bila Allah mengampuniku'. Kemudian dia kembali memberi bantuan kepada Misthah seperti biasa dia memberi bantuan kepadanya. Abu Bakr berkata; 'Sungguh, aku tidak akan berhenti membantunya selamanya'." 
Aisyah berkata; Rasulullah ﷺ bertanya kepada Zainab binti Jahsy, istri Nabi ﷺ, mengenai perkara yang terjadi padaku: "Apa yang kamu ketahui, apa yang kamu lihat, atau berita apa yang telah sampai kepadamu?" dia menjawab; "Wahai Rasulullah! Saya selalu menjaga pendengaran dan penglihatanku, dan saya tidak mengetahuinya kecuali kebaikan semata." Aisyah berkata; "Padahal dia adalah di antara isteri-isteri Nabi ﷺ yang merasa lebih tinggi daripadaku, hanya Allah menjaganya dengan sikap wara', sekalipun saudara perempuannya, Hamnah binti Jahsyin, membencinya sehingga dia termasuk di antara orang menyebarkan berita bohong yang celaka."


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TARAWIH DIMASJID TAPI WITIRNYA DIRUMAH

5 SUKSES DI BULAN RAMADHAN

8 JENIS TEMAN BERGAUL DAN PENGARUHNYA